a. Mengejar Sunrise di Puncak Gunung Sikunir
Saya dan 6 orang teman lainnya berangkat dari Yogyakarta pukul 10 malam dengan mobil pribadi. Mobil melaju dengan santai. Perjalanan Jogja menuju Wonosobo akan ditempuh sekitar 4 jam dan kami memilih jalur Magelang. Jam 2 pagi hawa dingin mulai terasa. Sepertinya kami sudah sampai di daerah dataran tinggi, Desa Sembungan, 2.350 m dpl. Jalan sudah mulai mendaki. Medan menuju kawasan sunrise di Puncak Sikunir terbilang penuh tantangan karena jalannya yang berbelok-belok dan sempit, hanya cukup buat 1 mobil. Selain itu di sisi jalan ada jurang yang curam dan di sisi lainnya terdapat bukit berbatuan. Suasanan ini ditambah dengan tidak adanya lampu jalan. What a life!! XD
Jam 3 pagi akhirnya kami sampai di parkiran menuju lokasi trekking. Karena perjalanan yang cukup aduhai alamak, kami tepar dan ketiduran di mobil sampe pukul 4 pagi. Setelah makan dan minum secukupnya, kami keluar menghirup udara Dieng. Subhanallah segarnyaa... Ditambah bau pohon basah yang menyamankan indera penciuman saya. Perfect!! Rasa dingin karena suhu Dieng yang mencapai minus sekian derajat celcius menjadi tertutupi.
Ternyata trekking menuju puncak Sikunir cukup (lebih dari cukup maybe) menguras energi dan lemak-lemak di tubuh, keringetan, dan bikin napas ngos-ngosan mampus. Untung aja belakangan ini saya sering jogging di GSP, jadi ga kalah kuat ama temen-temen lain. Setelah sempat 3 kali istirahat di perjalanan, akhirnya jam 5 pagi kami sampai di Puncak Sikunir. Kami merasa seperti 'dewa-dewi' yang berdiri di atas awan.. Hahaha.. Kabut menyelimuti puncak, hawa dingin langsung menusuk tulang, saya terus bergerak ke sana sini agar tidak membeku. Brrrrr....
Akhirnya semburat jingga terlihat muncul malu-malu... Walaupun sebentar karena banyaknya kabut, tapi saya merasa sangat beruntung karena bisa menikmati munculnya sang Surya dari salah satu spot terbaik di dunia :D. Setelah puas foto-foto dan menikmati alam ciptaan Tuhan yang begitu mempesona, kami turun gunung dengan santai disertai gelak tawa. Sekitar jam 6 pagi kami sampai di halaman parkir mobil dan meluncur menuju telaga warna.
Sunrise dari puncak sikunir |
Perjalanan menuruni puncak |
lereng puncak sikunir |
b. Telaga Warna
Perjalanan menuju telaga warna ditempuh selama lebih kurang 15 menit. Sampai di sana, kami disambut dengan suasana telaga yang tenang dan bau belerang yang semerbak. Salah seorang teman sampai muntah-muntah dan memutuskan istirahat di mobil. Telaga warna memiliki keunikan berupa warna permukaan berubah-ubah dari hijau, kebiruan, dan putih yang merupakan refleksi endapan belerang di dalamnya. Ketika sampai di pinggir telaga, perbedaan warna telaga belum begitu tampak sehingga kami memutuskan mencari spot terbaik untuk melihat telaga secara keseluruhan. Setelah keliling muter-muter akhirnya kami menemukan jalan trekking menuju Bukit Ratapan. Kabarnya ini adalah gardu pandang terbaik untuk melihat pesona telaga warna.
Perjalanan trekking memakan waktu sekitar 30 menit. Setelah ngos-ngosan setengah mati, Eng ing eng... apakah kami sedang berada di surga??? Sungguh pemandangan yang luar biasa menakjubkan. Kali ini 'dewa-dewi' sedang menikmati pemandangan luar biasa di atas bukit. Pesona telaga warna-warni dikelilingi oleh hutan dan bukit yang masih asri. Udara yang sejuk disertai awan putih menambah syahdu suasana.
telaga warna dari bukit ratapan |
telaga warna |
c. Candi Arjuna
Setelah kenyang berfoto dan menjadi 'dewa-dewi' sehari (HAHAHA) kami turun bukit dan melanjutkan perjalanan menuju wisata sejarah. YUP, candi arjuna!! lokasinya tidak begitu jauh, 5 menit menggunakan kendaraan bermotor. Candi ini adalah bangunan batu peninggalan Hindu Syiwa ratusan tahun yang lalu yang konon dibangun atas perintah raja-raja dari Wangga Sanjaya. Komplek candi tidak seluas komplek candi Prambanan, begitupun dengan ukuran candi yang relatif mungil. Kelebihannya adalah suasana yang sejuk, dengan hamparan rumput hijau dan latar belakang bukit yang indah.
candi arjuna |
d. Mie Ongklok
Puas menikmati sisa-sisa peradaban masa lalu, perut mulai terasa lapar. Akhirnya kami meluncur menuju tempat makan mie ongklok. Mie ongklok adalah mie khas yang cuma bisa ditemui di Dieng Plateau. Terdiri dari mie kuning bersama sayur kubis dan kucai mentah yang dimasukkan ke dalam semacam saringan dari bambu dan di"ongklok-ongklok" atau dicelupkan berkali-kali ke dalam air mendidih. Mie dan sayuran ditata dalam mangkuk dan disiram dengan kuah khas yang kental berwarna kecoklatan. Kurang lengkap rasanya menyantap mie ongklok tanpa sate ayam dengan kuah kacang.. NYAM NYAM..
mie ongklok |
TIPS
- Karena suhu di Dieng yang sangat dingin, jangan pernah ke sana tanpa menggunakan pakaian berlapis-lapis dan jaket hangat serta sarung tangan.
- Jika belum pernah ke Dieng, sebaiknya gunakan jasa tour guide biar tidak nyasar kemana-mana.
- Waktu terbaik melihat sunrise dari Puncak Sikunir adalah musim kemarau (Juli - Agustus) saat langit jernih dan jarang turun hujan.
- Jika ingin trekking, sebaiknya tubuh dalam kondisi fit disertai makan dan tidur yang cukup serta olahraga teratur sebelum berangkat.
- Jangan lupa berdoa :D